PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap
hal-hal dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan terhadap hal-hal
tertentu , akan menempatkan hal tersebut
pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat
lebih menghargai kekayaan material dari pada kehormatan, maka mereka yang lebih
banyak mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan fihak-fihak lain. Gejala tersebut menimbulkan
lapisan masyarakat (stratifikasi sosial), yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam berbeda-beda secara vertikal.[1]
Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial berbeda-beda
dan banyak sekali. Stratifikasi tersebut tetap ada , sekalipun dalam masyarakat
kapitalistis, demokratis, komunistis dan lain sebagainya. Stratifikasi Sosial
mulai ada ada sejak manusia mengenal adanya
kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial, misalnya pada
masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih bersahaja. Untuk lebih
jelasnya, pembahasan tentang Stratifikasi Sosial akan dijelaskan secara
terperinci pada bagian selanjutnya.[2]
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat
diambil sebuah masalah yang akan dikaji dalam makalah ini diantaranya :
1. Apa
pengertian Stratifikasi Sosial ?
2. Apa
penyebab terjadinya Stratifikasi Sosial ?
3. Bagaimanakah
sistem Stratifikasi Sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social
Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata”
(jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli : [3]
a. Pitirim
A. Sorokin
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b. Max
Weber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai
suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari hak-hak yang berbeda
d. Drs.
Robert. M.Z. Lawang
Sosial
Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system
social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan,
privilese, dan prestise .
Begitu
pula dengan Seoarang filsuf
bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara
terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang
berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat.
Ucapan Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam
masyarakat sudah sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman sebelumnya telah
diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam masyarakat
B. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat
itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi
dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam
batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat
diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama
adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan
bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab
sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat
misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang
pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi.[4]
Mengenai sumber dasar dari
terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat adalah suku bangsa (etnis) dan unsur
sosial. Stratifikasi yang terbentuk bersumber dari etnis apabila ada dua atau
lebih grup etnis, di mana grup etnis yang satu menguasai grup etnis yang
lainnya dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan stratifikasi yang terbentuk
dari sumber sosial, karena adanya tuntutan masyarakat terhadap faktor-faktor
sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu merupakan ukuran yang biasanya
ditetapkan masyarakat berdasarkan sistem nilai yang dipandang berharga.
Faktor-faktor sosial yang berharga itu kemudian dimasukkan pada level tertentu
sesuai dengan tinggi rendahnya suatu daya guna yang dibutuhkan masyarakat pada
umumnya.
Ada beberapa ciri umum tentang
Faktor-faktor yang menentukan adanya stratifikasi sosial, yaitu antara lain :
1.
Pemilikan atas kekayaan yang bernilai
ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya strata dalam kehidupan
masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan srrorang dalam masyarakat.
2.
Status atas dasar fungsi dalam
pekerjaan, misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau pekerja teknis dan
sebagainya; semuanya ini sangat mentukan status seseorang dalam masyarakat.
3.
Kesalahan seseoran dalam
beragama; jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan dalam
menjalankan agamanya , maka status seseorang tadi akan dipandang lebih tinggi
oleh masyarakat.
4.
Status atas dasar keturunan, artinya keturunan dari
orang yang dianggap terhormat ( ningrat ) merupakan ciri seseoarang yang
memiliki status tinggi dalam masyarakat.
5.
Status atas dasar jenis kelamin
dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua umurnya lebih
dihormati dan dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu juga jenis
kelamin; laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga
dan masyarakat.
Secara teoritis, semua manusia
dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup
kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demkian.[5]
Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem
sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan
masyarakat, dapatlah pokok-pokok sebagai berikut[6]
yaitu sebagai brikut :
1.
Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada
sistem pertengahan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempuyai arti yang
khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi obyek penyelidikan.
2.
Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam
rung lingkup unsur-unsur sebagai brikut :
a)
Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti
misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan, wewenang dan sebagainya:
b)
Sistem pertentangan yang diciptakan warga-warga
masyarakat (prestise dan penghargaan)
c)
Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapatkan
berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik,
wewenang atau kekuasaan :
d)
Lambang-lambang status, seperti misalnya tingkah
laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan
sebagainya;
e)
Mudah atau sukarnya bertukar status;
f)
Solidaritas
diantara individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki
status yang sama dalam sistem sosial masyarakat:
i.
Pola-pola interaksi (struktur cliqe, keanggotaan
organisasi perkawinan dan sebagainya);
ii.
Kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap
dan nilai-nilai;
iii.
Kesadaran akan status masing-masing;
iv.
Aktivias sebagai oprgan kolektif.[7]
C. Sistem Stratifikasi
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada
yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang
terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu
kestatus yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Misalnya seorang yang
berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi tokoh agama jika ia
mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak buruh
tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi presiden
sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu.
Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status presiden.
Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem
stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan
untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru
stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap
anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan
hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya
cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.
Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat
pembatasan kemungkinan untuk pindah kestatus satu kestatus lainnya dalam
masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada
status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau
keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang
mengabungkan kasta seperti di india misalnya:[8]
a)
Keanggotaan pada kasta
diperoleh karna warisan/kelahiran. Anak yang lahir memperolah kedudukan orang
tuanya
b)
Keangotaan yang diwariskan tadi
berlaku seumur hidup, oleh karna seseorang takmungkin mengubah kedudukannya,
kecuali bika ia dikeluarkan dari kastanya.
c)
Perkawinan bersifat endogam,
artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d)
Hubungan dengan
kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e)
Kesadaran pada keanggotaan
suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota
pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain
sebagainya.
f)
Kasta diikat oleh
kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g)
Prestise suatu kasta
benar-benar diperhatikan
Sistem kasta di India telah ada berabad-abad yang
lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa india adalah yati;[9]
sedangkan sistemnya disebut varna.
Menurut kitab Rig-veda dan kitab-kitab brahmana, dalam masyarakat india kuno
dijumpai empat varna yang tersusun dari atas kebawah. Masing-masing adalah
kasta Brahmana, Ksatra, Vaicya dan Sudra.
D. Dasar Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan
atasan dengan yang terendah , terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak.
Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang
dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat
kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali
mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang
bisa dipakai menggolongkan-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu
lapisan masyarakat adalah sebagai
berikut :
1.
Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan
paling banyak, termausk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat
dilihat padad rumah yang bersangkutan, mobil peribadinya, cara-caranya
mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang di pakainya, kebiasaan untuk
berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2.
Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan
atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
3.
Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut
mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling
disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini,
banyak di jumpai pada masyarakat teradisional. Biasanya mereka adalah golongan
tua, atau mereka yang pernah berjasa.
4.
Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai
ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi
ukuran tersbut Kadang-kadang yang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang
negative. Karna ternya bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran,
akan tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala
macam usaha untuk mendapatkan gelar, walau tidak halal.
Ukuran diatas tidaklah bersipat limitatif, karna masih ada
ukuran-uakuaran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran diatas
amat menentukan sebagai timbulnya sistem lapisan pada masyarakat tertentu.
E. Kelas-kelas Sosial
Di dalam tentang
teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social clas ).[10]
Seperti yang sering terjadi dengan berbagai istilah lain dalam sosiologi, maka
istilah kelas, tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya
mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan
kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system.[11]
Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu
diketahui dan diakui oleh masyarakat umum.[12]
Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah paralel dengan pengetian lapisan
tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau
dasar lainnya.
Adapula yang
mengunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis.
Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan
(status group). Selanjutnya dikatakan
bahwa harus diadakan pemdedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.[13]
Max Weber mengadakan
pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap
mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat
ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan
mengunakan kecakapannya. Disamping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya
golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan Stand.[14]
Pada beberapa
masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orang-orang
dari kelas tersebut memperoleh hak dan kewjiban yang di lindungi oleh hukum
positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali
mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas seluruh sususan lapisan dalam
masyarakat. Misalnya di Inggris, ada istilah-istilah tertentu seperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan. Sebagaian besar
warga masyarakat Inggris, menyadari bahwa orang-orang nobility berada diatas commoners
(sesuai dengan adat istiadat)
Apabila pengertian
kelas ditinjau serta lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai beberapa kriteria
yang tradisional, yaitu:[15]
1)
Besar jumlah
anggota-anggotanya,
2)
Kebudayaan yang sama, yang
menentukn hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3)
Kelenggengan,
4)
Tand atau lambang-lambang yang
merupakan cori khas,
5)
Batas-batas yang tegas (bagi
kelompok itu, terhadap kelompok lain).
6)
Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan kriteria
tersebut diatas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang tertentu (life-chances)bagi anggotanya. Misalnya,
keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan , standar hidup yang tinggi
dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh warga
kelas-kelas lainnya. Kecuali itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tigkah laku
hidup masing-masing warganya (life-style).
Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam
kesepakatan-kesepakatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu.
F. Unsur-unsur dalam Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan
unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyrakat adalah kedudukan
(status) dan paranan (role)[16].
Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan
mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timba- balik antara individu
dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku
individu- individu tersebut[17].
Dalsm hubumgan-hubungan timbal-balik tersebut , keudukan dan peranan individu
mempunyai peranan yang penting oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang
agak mendalam, ke dua hal tersebut akan dibicarakan tersendiri dibawah
ini.
1.
Kedudukan
(Status)
Kedudukan Kadang-kadang dibedakan
pengertiannya dengan kedudukan sosial (
social status )[18].
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-kewaibannya. Untuk lebih
mudah mendapatkan pengertia, ke dua istilah tersebut di atas akan dipergunakan
dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan saja.
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat
seseorang dalam suatu pola tertentu.[19]
Dengan demikian , seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan , oleh
karena seseorang bisanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian
tersebut menunjukan tempatnaya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara
menyeluruh. Seperti Kedudukan Tuan A sebagai warga masyarakat, merupakan
kombinasi dari segenab kedudukanya sebagai guru, kepala sekolah,ketua rukun
tetangga dst.
Mayarakat pada umumnya mengembangkan dua macam
Kedudukan yaitu :
a) Ascribed-Status, yaitu Kedudukan seseoarang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut
diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seoarang bangsawan adalah
bangsawan pula.
b) Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang
denagan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar
kelahiran. Akan tetapi tetapi bersifat terbukabagi siapa saja tergantung
kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
Misalnya. Setiap orang dapat menjadi hakim asalkan mempunyai persyratan
tertentu. Terserahlah kepada yang bersangkutan apakah dia mampu menjalani
persyaratan-persyaratan tersebut. Apabila tidak, tak mungkin kedudukan sebagai
hakim tersebut akan diperolehnya.
Dan kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan,
yaitu Assigned-status,[20]
yang merupakan kedudukan yang diberikan.
Assigned-status sering mempunyai sering mempunyai hubungan yang erat dengan
Achieved-Status. Artinya suatu
kelompok atau golongan memberikan kedudukan
yang lebih tinggi kepada orang yang lebih berjasa, yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dankepentingan masyarakat. Akan tetapi
kadang-kadang kedudukan tersebut diberikan , karena seseorang telah lama
menduduki suatu kepangkatan tertentu. Misalnya seorang pegawai negeri
seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang
lama, selama jangka waktu tertentu.
2. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankansuatu peranan. Pembedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu dan pengetahuan.
Keduanya takdapat dipisah-pisahkan, karna yang satu tergantung pada yang lain
dan sbaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Sebagaimana halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.[21] Setiap
orang mempunyai macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur perillaku seseorang.
Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dan perilaku
orang-orang sekelompoknya.[22]
Hubungan-hubungan sosial yang ada masyarakat, merupakan hubungan antara
peranan- peranan individu dalam masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma
yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang lelaki
berjalan bersama seorang wanita.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan ke3maqsyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis yang menunjukan
tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyusuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki
suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup
tiga hal, yaitu :[23]
a)
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b)
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c)
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaaku individu
yang penting bagi struktur sosioal masyarakat.
Perlu pula disingung perihal fasilitas bagi
peranan indivudu (role-facilities). Masyarakat biasanyamemberikan
fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan.
Lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan bagaian masyarakat yang banyak
menyediakan peluang-peluang untuk pelasaksanaan peranan. Kadang-kadang
perubahan struktur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas
bertambah. Misalnya, perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan
penambahan guru, pegawai administrasi, dan seterusnya. Akan tetapi sebaliknya,
juga dapat mengurangi peluang-peluang, apabila terpaksa diadakan rasionalisasi
sebagai akibat perubahan struktur dan organisasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah
membahas dan memahami uraian di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulan sebagai
berikut:[24]
Selama
dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti
mempunyai sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
lapisan dalam masyarakat. Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi
dikenal dengan istilah socil stratification yang merupakan pembedaan
penduduk atau nasyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara
hirarkis).
Sistem
lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya (dalam proses
pertubuhan masyarakat itu) tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Sifat Sistem lapisan dalam masyarakat dapat
tertutup dan dapat pula terbuka. yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya
seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke
atas atau kebawah. Sebaliknya di dalam system terbuka, setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri naik
lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang
atas ke lapisan di bawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soekanto Soerjono, 1990;
Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persaja, Jakarta,
2. Abdulsyani, 1992;
Sosiologi Skematika,
teori dan Terapan, PT. Bumi Aksara,
[1] Soerjono Soekanto : Sosiologi Pengantar, edisi baru keempat,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, halaman 253.
[2] Soerjono Soekanto : Sosiologi Pengantar, edisi baru keempat,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, halaman 253.
[3] Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi
Aksara, Jakarta Anggota IKAPI, 1994, halaman 83
[4]Soerjono Soekanto : Sosiologi Pengantar, edisi baru keempat,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, halaman 254
[5] Robin Willams Jr.,American Society, edisdi baru ke-2, A
Fred A Knop. New York, 1960, hal 88,89
[6] Ibid., hal 89
[7] Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi
Aksara, Jakarta Anggota IKAPI, 1994, halaman 85 dan seterusnya
[8] Kingslay Davis, Human
Society, cetakan ke-13, The Macmillan Company, New York, 1960 hal 378-379
[9] Koentjaraningrat: Beberapa
Pokok Antropologi Sosial, cetakan pertama. Penerbit Dian Rakyat, 1967, hal 174
dan seterusnya.
[10] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi: Setankai Bunga Sosiologi,
edisi pertama, Yayasan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1964, hal 255 dan seterusnya.
[11] Misalnhya Ronald Freedman, Amos . Hawiey, Werner S. Landecker,
Horace M. Miner dalam Principles of Sosiology, a text with readings, Henry Holt and Company, New York, 1952, hal
229
[12] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi: ope. Cit., hal 255.
[13] Pendapat ini berasal dari Kurt B. Mayer dalam karangannya
“Dimensions of Social Stratification in Modern Society”. Yang dikutip dalam
Setangkai Bunga Sosiologi, hal 281 dan seterusnya.
[14] Max Weber, “Sosial Stratification and Class Structure”, Yang
dikutip dalam Setangkai Bunga Sosiologi, hal 303 dan seterusnya.
[15] William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff, Sosiologi, edisi ke-4, A.P. Feffer dan Simons International
University Edition, 19.
[16] Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, op. cit., hal 256.
[17] Ralph Linton, The Study of
Man, an introduction, Appleton Century.
Crofts. New York, 1956, hal 105.
[18] Roucek dan Werren, Sosiology, an introduction, Littlefield,
Adams & Co. Paterson New Jersey, 1962, hal 60 dan setrusnya.
[19] Ralph Linton, op. cit., hal 113
[20] JBAF Mayor Polak, Sosiologi,
Suatu Pengantar Ringkas, catatan kelima,
Penerbit dan Balai Buku ”ikhtiar”, Jakarta 1966, hal 198.
[21] Ralph Linton, op. cit., hal 114
[22] Ely Chinoy, Society, An
Introduction to Sociology, cetakan pertama, Random House, New York, 1961, hal
31.
[23] Levinson, “Role Personality and Social Strukture”, dalam Lewis A.
Coser dan Bernard Rosenberg, Sosiological
Theory, a book of readings, edisi ke-2, The Macmillan Company, New York,
1964, hal 204 dst.
[24] Soerjono Soekanto : Sosiologi Pengantar, edisi baru keempat,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990, halaman 284-285
termakasih atas makalahnya. sangat bermanfaat ^_*
BalasHapusmakalah anda sangat bermanfaat, terimakasih :D
BalasHapusTerimakasih atas artikelnya,,
BalasHapusMakalahnya mantap👍
BalasHapus